Alhamdulillah perkuliahan di kampus Ibu Pembaharu seluruh tim termasuk tim kami, Tim Kaizen diminta melakukan identifikasi aksi. Beruntung sekali Allah SWT memberi rezeki dipertemukan dan bergabung dengan ketiga teman saleha ini. Usia kami yang sepantaran mungkin menjadi salah satu faktor tingginya tingkat pengertian di antara kami.
Di titik ini semua sangat menyadari tanggung jawabnya dalam tim, dan semangat berkontribusi terasa sekali. Saya sendiri di awal pekan pertama sudah membuatkan akun Facebook dan website untuk tim.
Entah kenapa di pekan kedua ada kendala login pada webnya sehingga teman-teman lain mengalami gagal saat masuk. Akhirnya Mbak Nana selaku leader, membuatkan yang baru. Ini dia website kami yang terbaru. Saya juga sudah merencanakan akan menulis artikel satu kali seminggu di sana.
Saya, Mbak Ika, Mbak Tantri, dan Mbak Nana. Alhamdulillah kami ketemuan online di Zoom Meeting |
Terus terang rasanya saya sedang berada di beban puncak semua amanah. Sebagai ibu, sang manajer rumah tangga, fasilitatornya anak-anak, sebagai kajur di kampus, sebagai dosen yang sudah mulai masuk perkuliahan semester baru, file RPS dan modul ajar minta diperbaharui, disesuaikan dengan kurikulum MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka).
Mengisi laman e-learning, mengisi aplikasi Laporan BKD di Sister, Pemutakhiran Data Mandiri (PDM) ASN di aplikasi BKN, yang mengerjakannya tidak bisa disela kalau ingin selesai. Belum lagi masih ada amanah menjadi anggota Pusat Studi Gender dan Anak[ (PSGA) UMSU, yang masa baktinya akan berakhir pada Januari 2022, namun masih menyisakan kewajiban pelaksanaan program.
Grup-grup WhatsApp yang saya ikuti kok rasanya hectic semua, belakangan menuntut pemenuhan kewajiban semua, hiks. Ya Rabb, mau tidak mau saya harus menentukan prioritas lagi nih untuk memfokuskan perjalanan kegiatan saya ke depannya. Passion menulis yang sebenarnya menjadi pereda kejenuhan saya, malah sering diabaikan demi terlaksananya satu demi satu amanah ini.
Sebagai bloger profesional (mudah-mudahan memang sudah pro ya, kalau belum, ya diharapkan menjadi doa, aamiin) beberapa job menulis terus berdatangan ke email. Karena sifatnya opsional, keputusannya ada pada saya diterima atau tidak (lanjut bekerja sama, menulis atau tidak), saya terpaksa merelakan 1-2 tidak diterima, mengingat kalau diakomodasi semuanya bisa-bisa saya tumbang sebelum waktunya, hiks, gara-gara mengejar recehan lantas mengorbankan yang lebih besar.
Maaf bukan meremehkan materi, recehan juga kalau diakumulasi bisa jadi gede total per bulannya. Ini soal pilihan saja, dan waktu mengerjakannya. Benar-benar sempit sekali, lebih baik jika punya waktu sedikit saja, saya memilih menemani si kecil baca buku atau bermain helikopter bersamanya. Atau beristirahat merilekskan pikiran. Di zaman seperti sekarang ini, waktulah yang paling berharga dari uang.
Minggu ini diisi juga dengan batuk pileknya si kecil, sudah diupayakan meredakan dengan cara-cara non medis akhirnya harus minum obat kimia juga. Lalu si abang nomor 2 permisi pulang dari pesantren karena ada hal yang harus diselesaikan terkait kesehatannya. Besok siang insyaallah kami akan ke RS yang lebih besar, untuk mendapatkan jawaban yang diharapkan lebih memuaskan.
Oya, tugas S3 seperti tak mau ketinggalan, bikin paper 50 halaman dan kewajiban membaca minimal 150 halaman per harinya, melengkapi hari-hari saya yang juga seorang KIP Ambassador dari regional IP Sumatra Utara ini, dan bantu-bantu jadi Manajer Riset (R & D) KLIP (Kelas Literasi Ibu Profesional).
Saya juga tak menyangka semuanya jadi bersamaan seperti ini. Lanjut sekolah lagi di saat pegang jabatan struktural di kampus. Sungguh suatu mission impossible, meski sejak dulu kala rata-rata dosen lanjut S3 dengan kondisi part timer alias disambi bekerja juga seperti biasa. Kecuali lulus beasiswa keluar negeri sehingga bisa jauh dari ingar-bingar aktivitas kampus dan bisa konsentrasi untuk menyelesaikan studi saja.
Yang pasti, saya membutuhkan merenungkan lagi perjalanan sampai di titik ini. Bermuhasabah di sepertiga malam. Apakah saya tipe orang yang tidak bisa menolak tawaran yang berdatangan ke saya.
Di satu sisi memang menerima dan sadar bahwa kondisi saya saat ini sedang crowded, banyak pikiran di sana-sini, dan saya sangat menyadari jika begini terus setiap hari ada deadline, bisa-bisa saya oleng dan jatuh sakit. Tentunya yang akan dipertahankan adalah yang paling membuat saya bahagia dan tak kehabisan energi menjalankannya.
Jika saya sakit, siapa yang akan mengurusi keempat anak kami. Sementara suami sudah pergi pagi pulang malam karena pegang jabatan juga di kantornya. Meski kami sering pillow talk tentang kemajuan sekolah anak-anak dan tentang apa saja.
Namun karena sama-sama memahami sedang di beban tertinggi dan sama-sama capek, akhirnya berlalu dengan mengistirahatkan fisik, psikis, dan pikiran, alias tertidur kelelahan. Untuk menyambut esok hari dengan deadline yang lain lagi.
Baik, sudah ya sesi curhat-curhatnya, saatnya kembali ke identifikasi aksi. Bismillah...
Highlight dan Key Updates
Berdasarkan chit-chat di GWA dan hasil ketemuan online via Zoom pekan lalu, tim kami bersepakat akan menekuni penerapan komunikasi produktif kepada anak-anak digital native.
Berikut template 1-nya.
Analisis SWOT yang kami lakukan:
Media yang kami gunakan adalah website atau blog dari Google Site yang tidak berbayar atau subdomain. Sehingga belum memerlukan patungan pendanaan dari kami atau dari sumber-sumber daya finansial lainnya.
Saat ini masih berlangsung kegiatan survey dengan menyebarkan Google form ke anak-anak kami, ke anak-anak teman di grup-grup WA lainnya. Targetnya diisi oleh 100 orang anak digital native sehingga diharapkan berangkat dari data ini, akan menjadi dasar pengambilan keputusan selanjutnya. Formulir sudah diisi 51 anak yang analisisnya akan dilanjutkan untuk jurnal berikutnya. Terima kasih.
Salam ibu pembaharu.
#IdentifikasiAksi
#IbuPembaharu
#BundaSalihah
#darirumahuntukdunia
#hexagoncity
#institutibuprofesional
#semestaberkaryauntukindonesia
#ibuprofesionaluntukindonesia
0 comments
Pesan dimoderasi. Terima kasih telah berkomentar. "You are what you comment"