Membangun Pondasi Karakter Hexagonia

Beranjak ke pekan kedua dari project passion membangun pondasi karakter Hexagonia, Alhamdulillah setelah menyimak go live the founding mother dan ibu walikota, saya memperoleh suntikan semangat untuk selalu on the track. 

Mungkin alasan saya bisa dikatakan "kambing hitam" namun dengan penuh kesadaran saya menerimanya dengan lapang dada. 

Mengapa? Karena saya tidak tega menjadikan suami dan anak-anak sebagai kambing hitam demi keleluasaan saya untuk menambah karya buku. Family comes first, right?

Membangun pondasi karakter Hexagonia

Karakter Hexagonia mestinya tidak bisa dilepaskan dari core value Ibu Profesional. Apalagi sudah di level BunPro, mestinya nilai-nilai inti sudah melekat kuat dalam dirinya, tidak perlu dipertanyakan lagi.

Core Value itu ditularkan bukan dihafalkan, demikian kata Bu Walkot

karakter moral

Mengapa menyelesaikan buku memerlukan karakter pondasi?

Jelas sekali ada hubungannya. Banyak proyek buku mangkrak disebabkan karakter delay dan karakter risk. Tidak konsisten dengan resolusi yang telah dipancangkan, tidak disiplin, mudah menyerah, mencari-cari alasan,  serta karakter buruk lainnya.

Akhirnya proyek hanya tinggal nama, sebatas halusinasi tanpa realisasi. Nafsu besar, sayang sekali tenaga kurang, istilah orang Medan. 

Maka sedari awal project passion, ditanamkan dan ditekadkanlah karakter-karakter positif yang mendukung terbitnya buku, ke dalam diri masing-masing penduduk Gerha Aksara.

Saling menularkan core value

Membangun pondasi merupakan bagian penting dalam mendirikan apapun. Rumah fisik, gedung bertingkat, jembatan, Hexagon City, dan project passion

Semuanya membutuhkan landasan yang kokoh berupa karakter moral, demi terwujudnya karya produktif. Idealnya antartetangga saling menularkan core value agar semangat belajar, berbagi, dan berdampak akan terus berkibar dan jauh dari hal-hal yang kontraproduktif.

Saya pribadi di tengah beberapa deadline, tetap berupaya sebijak mungkin mengatur waktu, agar semua bisa terselesaikan dengan baik. 

Sudah 2 minggu ini disibukkan dengan aktivitas mengajar daring, mengutak-atik puluhan tombol e-learning yang menggunakan web Moodle. 

Melayani mahasiswa yang minta tanda tangan online untuk KRS/KHS, bimbingan skripsi, menguji skripsi, proposal penelitan dan pengabdian yang belum tuntas, naskah buku antologi IP Sumut yang masih kurang, naskah buku sendiri yang perlu diedit, serta project passion bersama para tetangga di CH 3. 

karakter-karakter baik


Semuanya dikerjakan secara paralel dengan mendampingi Ririn belajar, mengurus Rausyan kecil, sekali seminggu menengok anak pertama dan kedua di pesantren meski cuma saling kasih kode dari jauh. 

Paket-paket kebutuhan (sesekali permintaan) mereka, mau tidak mau memerlukan fokus juga agar tidak ada yang tertinggal. Namun saya menikmati semuanya tanpa beban. Menjalaninya dengna bahagia.

Justru filosofinya, semakin sibuk maka semakin belajar mengatur waktu. Ke depannya mulai tegas menolak project yang tidak sejalan dengan passion

Sebab itu hanya meratakan lembah, ngos-ngosan, lelah tak berkesudahan, ujung-ujungnya stres. Lebih baik fokus pada meninggikan gunung agar tinggi menjulang menyentuh langit. Namun tetap ingat untuk down to earth, berpijak pada bumi, realistis, tawadhu', dan mengakar. 

Seperti slogan almamater tercinta:
Mengakar kuat, menjulang tinggi 

Salam Bunda Produktif!



0 comments

Pesan dimoderasi. Terima kasih telah berkomentar. "You are what you comment"