From Cousing House To "Passion To Nation"

Pengembangan Passion

Menonton golive-nya Bu Septi mengenai passion, passionate, passion to service, passion to business hingga passion to nation, sedikit banyak membuka mata saya bahwa urusan passion ini mestilah dikelola dengan sebaik-baiknya.

Saya yang sedari kecil sudah punya kesukaan terhadap kegiatan membaca dan menulis sempat berkhayal. Senang sekali jika sejak dini sudah mendalami sesuatu berdasarkan passion.
 
Andaikan dulu orang tua saya mengarahkan dan menunjukkan jalan yang lebih dekat dengan passion saya, mungkin nama saya sudah tercatat sebelum nama Mutia Fadhila Khairunnisa. Si penulis 40 buku KKPK sampai diundang ke kantor Google di California, Amerika Serikat. 
 
passion to nation

Saya tidak menyesali segala sesuatunya. Better late than never, right? Masih ada setengah gelas air lagi yang bisa menghilangkan dahaga. 
 
Saya bersyukur pada Allah SWT dan berterima kasih sebesar-besarnya kepada orang tua yang sudah memberikan pendidikan terbaiknya kepada kami. Tak ada hal yang perlu disayangkan. 
 
Justru hal ini menjadi pemantik untuk terus optimis bisa menghasilkan lebih banyak karya lagi plus saat ini sedang mendampingi anak-anak membuat buku antologinya.
 

Passion to Business

Menulis untuk bahan ajar perkuliahan, artikel ilmiah, proposal penelitian, dan lain-lain yang berhubungan dengan kepentingan akademik profesi saya, adalah passion yang dihadiahkan Allah untuk ditekuni dan dijalankan seamanah mungkin.

Saya bersyukur selama 16 tahun jadi dosen, 8 tahun sudah lulus sertifikasi dosen, pendidikan S2 dengan beasiswa penuh Dikti, insyaallah lanjut S3 pun akan mencoba tes beasiswa lagi. Semua ini merupakan nikmat dari Allah yang tidak boleh saya ingkari.

Selain itu menulis blog juga merupakan passion yang menghasilkan dari segi finansial. Meski memulai ngeblog sejak 2009, namun monetisasi blog baru setahun ini saja. Setahap demi setahap performa blog makin meningkat seiring pemahaman saya mengenai optimasi mesin pencari dan sebagainya. Ini pun sesuatu yang sangat saya syukuri. 

Menurut penjelasan Bu Septi, masa seperti saya ini masuk ke forefront lifestage. Menjadikan passion menjadi hal yang terdepan. Kendati demikian dalam hal menulis atau ngeblog, saya bukan tanpa tantangan. 
 passion to nation

 Menjalani semuanya dengan bahagia

 
Saya berusaha ikhlas menjalaninya. Tak mungkin hari-hari berpelangi terus, awan indah berarak, angin sepoi-sepoi, cuaca bagus setiap hari. 
 
Untuk harmonisasi kehidupan mestilah ada hujan, baik gerimis maupun deras, ada angin meski tidak sampai puting beliung atau tornado yang meluluhlantakkan segala yang ada.

Sulitnya mencari waktu duduk tenang menulis, sudah saya rasakan sejak memiliki anak kecil lagi plus tidak ada ART. Saya menerimanya dan berusaha tersenyum, mungkin ini yang dinamakan bumbu-bumbu kehidupan. 

Mengutip motivasi yang disampaikan Walikota Hexagon City, Teh Dian, Hexagonia harus tetap semangat mewujudkan impian dengan passion-nya masing-masing. 
 
Saya yakin, mestakung. Semesta Mendukung. Suami rida, anak-anak bisa dikondisikan dengan baik, saya penuh ide dan energi untuk menulis, hingga karya demi karya buku dan e-book saya akan terus bermunculan. Insyaallah. Amin.
 

Kesimpulan

From Cousing House to Passion to Nation adalah judul jurnal saya untuk minggu ini di Kelas Bunda Produktif. Kami bersepakat mengerjakan proyek bersama Happy Writing Project, Merekam Jejak, Menorehkan Karya Lewat Tulisan.

Salam bunda produktif!

 

 

 


0 comments

Pesan dimoderasi. Terima kasih telah berkomentar. "You are what you comment"