Satlantas Polres Jember |
Menyusuri jalan setiap harinya membuat saya jadi
berpikir. Bahwa sebenarnya menjalani hari demi hari kehidupan ini
bagaikan berkendara di jalanan. Terkadang kita berada di depan kendaraan
yang satu, di lain waktu kita ada di belakang kendaraan yang sebelumnya
kita dahului.
Di tiap persimpangan bertemu
dengan 'traffic light', tampak nyala lampu berwarna merah. Artinya
selaju apapun kendaraan yang kita naiki ternyata harus berhenti jua di
simpang itu. Tetap memutuskan lanjut berjalan, paling tidak dua risiko
menanti. Ditabrak kendaraan dari jalur berbeda atau ditilang polantas
karena tidak mematuhi rambu lalu lintas.
Lampu
hijau menyala, artinya kita pun bergegas meninggalkan perempatan.
Memilih berhenti pada saat itu, pastilah membuat kacau persimpangan.
Terdengar klakson di sana sini, menimbulkan kemacetan dan memicu
hipertensi pengendara lain. Jangan ikut emosi apabila dihadiahi ungkapan
"isi kebun binatang".
Melihat lampu kuning
tandanya kita harus berhati-hati, tetap menjaga jarak dengan kendaraan
di depan dan fokus melihat situasi dan kondisi jalan. Satu waktu,
lampu-lampu itu bisa saja tidak nyala satu pun. Siapkan mental, mungkin
saja akan terjadi kemacetan parah yang menyebabkan waktu habis di jalan
dan kita pun terlambat tiba di tujuan.
Adakalanya
kendaraan yang berada di depan kita amat sangat lambat jalannya. Lalu
dengan bahasa lampu sein kanan, kita memberikan kode kepadanya agar
membukakan jalan untuk kita yang berjalan di belakangnya. Bagi pengemudi
kendaraan yang baik hati dan lulus ujian SIM, pastinya ia tahu diri dan
dengan tanpa beban mempersilakan kita untuk melewatinya.
Namun
kerap terjadinya di jalan, sudah beberapa kali meminta kesempatan untuk
mendahului, kendaraan di depan santai dan cuek saja pura-pura tidak
tahu. Jalannya lamban, di tengah pula. Jika bertemu pengendara model
begini, yang bisa dilakukan adalah memperbanyak sabar dan berusaha
tersenyum saja. Mungkin dia baru pandai mengemudikan kendaraannya, jadi
tidak memahami kode-kode lampu kendaraan di belakangnya.
Kalau naik kendaraannya, baca dulu nih Tips Aman Naik Motornya.
Kalau naik kendaraannya, baca dulu nih Tips Aman Naik Motornya.
Satu
saat kita perlu menyalib kendaraan yang di depan. Tentu saja dengan
memperhatikan segi keamanannya. Setelah dirasa 'safety' tambah kecepatan
dan dahului dengan penuh keyakinan. Terkadang celah untuk mendahului
bagi kendaraan lain tidak sama dengan celah yang memungkinkan untuk
jalan bagi kita. Bagi kendaraan lain celah itu cocok, muat dan ia
berhasil melampauinya dengan selamat.
Belum
tentu demikian bagi kendaraan kita. Bisa saja setelah ia mendahului,
kendaraan di belakangnya mengisi celah tersebut dan menutup kesempatan
bagi kendaraan kita untuk melewatinya. Begitulah kira-kira analogi
berkendaraan di jalan, ternyata memiliki kemiripan dengan jalan hidup
manusia setiap harinya.
Hidup bagaikan berkendara di jalan raya. Tiap orang bergerak di zona waktunya masing-masing, amat bersifat kasuistis dan sangat spesifik, tidak bisa digeneralisasi.
Hidup bagaikan berkendara di jalan raya. Tiap orang bergerak di zona waktunya masing-masing, amat bersifat kasuistis dan sangat spesifik, tidak bisa digeneralisasi.
Salam literasi
0 comments
Pesan dimoderasi. Terima kasih telah berkomentar. "You are what you comment"