Menakar Rasa Demi Berproses Bersama

Minggu ke-4 ini saya, mentor dan teman-teman mentee saling membagikan rasa lewat chit-chat yang mungkin tidak begitu banyak tetapi pas pada intinya. Berdasarkan Dongeng #4 Bu Septi yang saya saksikan di FBG Buncek, penting untuk melakukan check in kepada mentee agar memperoleh informasi terkini mengenai perjalanan mentorship selama ini.

Facebook Group Institut Ibu Profesional

Menurut gambar di atas, pada poin kenyamanan, apakah saya dengan mentor cukup nyaman untuk jujur dan terbuka tentang tantangan, keterampilan, dan pemahaman tentang informasi, ide dan saran?

Jawaban saya sebagai mentee: Yes, saya nyaman sebab beberapa kali sering chatting juga layaknya teman dekat dengan Mbak Linda. Demikian pula harapannya dengan teman-teman mentee.

Jawaban saya sebagai mentor: Alhamdulillah saya nyaman dengan keempat teman-teman mentee hanya saja mungkin karena kesibukan 1-2 orang kurang aktif. Menurut saya itu hal yang biasa. Ibu yang belajar tentu tak bisa memikirkan dirinya sendiri. Ada porsi perhatian untuk keluarganya.

Tindak Lanjut, sudahkah saya menyusun daftar poin yang diprioritaskan untuk dibahas? Bagaimana perasaan saya tentang memberi dan menerima umpan balik? Bagaimana saya mendengarkan satu sama lain, merefleksikan apa yang saya dengar?

Sebagai mentee saya tetap fokus pada peningkatan gizi anak. Saya selalu optimis dan bersemangat menerima umpan balik dari mentor. Refleksinya saya harus concern meningkatkan kualitas gizi anak saya.

Sebagai mentor:
  1. Mbak Rosa: sharing tentang proses dan waktu yang dihabiskan untuk menulis sebuah buku solo, gambaran seberapa lama biasanya proses buku, dari pertama menulis hingga terbit, proses apa saja ketika akan mengirimkan ke penerbit sampai terbit. Insyallah pekan ke-8 nanti Mbak Rosa akan menerbitkan buku T-30 nya kemarin.
  2. Mbak Ferly: naskah sudah rampung, sekarang lagi tahap ngulik penerbit indie. Nyari yang pas, klik di hati dan kantong.
  3. Mbak Heni: ingin mencari waktu menulis produktif yang tepat
  4. Mbak Nuning: sudah menyusun outline buku mengenai jelajah alam yang ditulis oleh masing-masing anggota keluarga.
Prioritas, apakah waktu pendampingan menjadi prioritas bersama? Apakah sama-sama fokus? Bagaimana evaluasi bersama tentang hal ini?

Jujur dalam relung hati terdalam ingin rasanya memprioritaskan waktu dan pikiran bersama mentor dan mentee saya. Namun apa daya minggu keempat ini tempat saya bekerja sudah masuk masa WFO. Meski UAS dilakukan secara daring, namun saya diharuskan mengoreksi ratusan mahasiswa yang mengambil mata kuliah saya. Hikss.

Mentor saya sepertinya sudah fokus dengan saya. Namun saya dan mentee sepertinya sama-sama kurang fokus, meski ada seorang mentee yang bersemangat sekali saya khawatir malah mengecewakannya. Insyaallah utang saya mengenai beberapa pertanyaan bisa saya tuntaskan sebaik-baiknya. Berharap demikian juga bersama mentee yang lain.

Evaluasinya, penting untuk menetapkan hari dan jam ngobrol bersama di grup mentee agar kami bisa saling berkomunikasi dengan efektif.

FBG IIP

Proses yang sudah diterapkan di titik ini,

Sebagai mentee, saya jadi lebih telaten mengawasi asupan gizi anak, menghitung kebutuhan energi dan intensif melakukan penimbangan BB-nya.

Sejauh ini semuanya masuk akal, sebab sudah menjadi tanggung jawab seorang ibu juga untuk peduli terhadap asupan gizi anaknya. Selain itu saya mengikatnya lewat tulisan di sini, Mengawal Tumbuh Kembang Anak dengan Gizi Seimbang.

Menurut saya tema yang saya pilih untuk didampingi mentor sangat masuk akal dan saya yakin bisa mencapainya, bismillah.

Sebagai mentor, mungkin saya perlu lebih rutin memberikan masukan-masukan terstruktur ke grup mentee. Agar lebih terukur dan masuk akal serta mudah untuk dicapai.

Pemberdayaan,

Sumber daya yang membantu saya untuk bergerak maju baik sebagai mentee maupun sebagai mentor adalah internal motivation. Tanpa itu saya kira semua tidak berfaedah banyak.

Kekuatan yang dapat membantu saya untuk maju adalah kesehatan, waktu luang dan support system berupa ART untuk membantu meringankan tugas-tugas rumah tangga. Terutama untuk menemani anak bungsu jika ia terbangun dari tidurnya dan melihat saya sedang mengetik di depan laptop. ART yang ada sedang ditimpa kemalangan sebab putrinya meninggal dan ambil cuti berkabung.

Faktor penghalang sebenarnya tidak banyak. Hanya saja belakangan suami juga sedikit complain jika saya terlalu sering pegang smartphone atau duduk di depan laptop. Boleh nulis tetapi jangan sampai kebanyakan DL, beliau kasihan melihat saya.

Tindak lanjut,

Informasi yang saya butuhkan untuk mendapatkan solusi saya pikir sudah relatif tersedia semua. Pro dan kontra dari tiap solusi saya pikir pasti ada hanya saja belum sampai berpikir sejauh itu. Langkah pertama yang saya ambil adalah menyeleksi lagi kegiatan-kegiatan menulis saya yang seabrek. Saya meninjau ulang dan mau tidak mau harus menentukan aktivitas yang paling prioritas dari skala prioritas yang sudah saya susun dan jalankan selama ini.

Demikian deskripsi check in saya selama program mentorship di jurnal minggu keempat ini. Mudah-mudahan ke depannya mengalami kemajuan yang positif dan efektif. Aamin yaa rabbal 'aalamiin.

Salam Ibu Profesional

































0 comments

Pesan dimoderasi. Terima kasih telah berkomentar. "You are what you comment"