|
Edit by Canva
|
Memasuki masa new normal ini kita dianjurkan lebih memperhatikan protokol kesehatan sebagai syarat agar tetap terhindar dari
Coronavirus. Selain itu terus melanjutkan kebiasaan-kebiasaan yang sudah baik namun memerlukan peningkatan. Bu Septi dan Pak Didik dalam
go live Obrolan Ibu, Rabu 3 Juni 2020 di FBG Institut Ibu Profesional (IIP), mengistilahkan dengan
new norm.
New Norm dengan new habit. Jika selama ini berlatih untuk bangun sebelum subuh maka agar melanjutkan lagi sampai bisa terbangun sendiri tanpa bantuan suara alarm. Biasanya dalam jangka waktu 90 hari terus menerus tanpa putus melakukan new habit, ia akan menampakkan hasil sesuai seperti yang diharapkan.
Membiasakan new norm yang ingin dilatihkan dengan cara berusaha secara istikamah, tidak karena takut diberi sanksi, atau memburu hadiah. Di sini reward-punishment tidak dibutuhkan lagi. Menurut Malcolm Gladwel seseorang dikatakan ahli di bidangnya jika telah mencapai 10,000 jam terbang. Setara dengan kurang lebih 5 tahun, bersungguh-sungguh melakukan hal yang sama, insyaallah akan menghasilkan sesuatu yang bernilai.
Obrolan Ibu diawali dengan pertanyaan Elan, "Ibu sudah berapa lama makan? "Sudah lama banget, sejak ibu berusia enam bulan, mungkin" jawab Bu Septi. "Lalu mengapa ibu belum ahli di bidang makan?"
Inilah pertanyaan yang cukup menggugah sehingga menjadi bahan pemikiran pada kita semua, terutama saya. 15 Tahun menikah mestinya sudah sangat profesional menjadi istri bagi suami tercinta. 14 tahun jadi ibu harusnya saya menjadi pendidik yang terbaik bagi putra-putri kami. Menjelang 16 tahun jadi dosen juga idealnya saya sudah mumpuni menjadi pengajar idola, bisa menginspirasi mahasiswa dan rekan sejawat serta memberikan nilai tambah pada universitas.
Kontribusi itu jelas ada, sebab tak dimungkiri dengan berlembar-lembar portofolio yang dimiliki masa' tidak ada yang membanggakan. Kendati demikian saya tetap merasa harus memulai new habit, don't stop, keep going. Jika selama ini hanya menulis sekadar menulis, tahun 2020, sebagaimana doa dan harapan saya (baca: resolusi), maka saya hanya akan menulis yang bertujuan dan bernilai.
Berusaha menjalani dan menikmati proses sebab yang penting itu prosesnya bukan semata-mata hasil. Strive for progress, not perfection. Sembari membenahi kekurangan yang ada, tetap konsisten dengan mindmap yang telah dibuat, dan berusaha untuk selalu setia pada skala prioritas yang sudah disusun.
Tidak ada lagi waktu untuk sekadar menulis tak jelas di status Facebook. Semua diusahakan ada peruntukannya. Sejak SD saya sudah sudah mencintai aktivitas membaca dan menulis namun terus terang saya mulai "kembali" menekuni kegiatan literasi ini sejak 2017, saat itu masa nifas lahirnya anak keempat. Mengisi waktu saya banyak membaca, mengikuti pelatihan menulis online termasuk berkenalan dengan Ibu Profesional di akhir tahunnya.
Menjadi bloger juga demikian. Sejak 2009 sudah ngeblog tetapi hanya sekadar posting, nulis - menghilang - nulis lagi - menghilangnya lebih lama lagi. Akhirnya tergilas sendiri oleh bloger-bloger baru yang penuh ilmu dan bersemangat plus sarat motivasi internal, tak kenal lelah dalam belajar.
Alhamdulillah di tengah keterbatasan di sana-sini, telah 16 judul buku antologi saya bersama teman-teman, dari berbagai komunitas penulisan se-Indonesia yang saya ikuti. Insyaallah menjelang 18, sebab masih 2 lagi yang menunggu untuk diterbitkan. Sementara buku solo saya ada 2 yaitu buku ajar Hukum Perdata dan Hukum Dagang Bisnis.
Saat ini saya sedang ikutan challenge bersama teman-teman grup Blog Jadi Buku. Saya mengikutsertakan rencana menyusun buku ajar Bahasa Indonesia Hukum. Bismillah semoga berhasil menyelesaikan tantangan kali ini.
Menumbuhkan Motivasi Internal
Awal melakukan new habit yang baru bisa saja dimulai dengan "dipaksa" dulu. Baik oleh seseorang maupun karena adanya kewajiban laporan telah mengerjakan tugas. Lalu meski dipaksa jadi rutin mengerjakan walaupun dengan "terpaksa". Nah akhirnya tercipta alur yang menunjukkan perubahan ke arah yang lebih positif.
DIPAKSA --> TERPAKSA --> BISA--> BIASA --> BAHAGIA
Dipaksa dan terpaksa = external motivation
bisa dan biasa = internal motivation = kebahagiaan
Kebanyakan orang memang mesti dipaksa dulu agar jadi lancar melaksanakan kebiasaan barunya. Lalu tetap melakukannya meski dengan terpaksa. Setelah itu jadi bisa, biasa dan akhirnya berbahagia. Sebab bisa memetik hasil dan merasakan kepuasan batin jika sukses menunaikan sesuatu dengan baik.
Nah, ada segelintir orang yang bisa melewati alur ini tanpa dipaksa dan terpaksa. Mereka inilah yang sedari awal sudah punya motivasi internal. Mampu mengakselerasi dirinya. Bukan karena suruhan siapa-siapa, tidak karena khawatir dihukum, namun karena dari dalam dirinya sendiri sudah muncul kesadaran. Orang seperti ini melompati dua fase yaitu dipaksa dan terpaksa. Hasil yang diperolehnya pun begitu bernilai.
Sehingga jalan menuju kebahagiaan buat dia menjadi lebih cepat beberapa langkah. Ia pun akhrinya bisa membagikan insight yang telah didapatkannya ke banyak orang. Memberikan sesuatu yang bernilai kepada orang lain.
TERBENTUR --> TERBENTUR --> TERBENTUK
Mungkin hal seperti ini yang lazim kita alami. Terbentur keadaan, banyak faktor, ekonomi, lingkungan dan sebagainya, namun justru kita jadikan tantangan untuk bisa keluar sebagai pemenangnya, kita akhirnya terbentuk memiliki mental juara.
Saya sendiri juga merasakan hal yang sama. Bagaimana cara menulis dengan tenang, sementara saya mesti mengurusi keempat anak dan yang bungsu batita. Tidak ada ART yang membantu dan saya juga mesti ke kampus, melaksanakan tri darma perguruan tinggi (pendidikan dan pengajaran, penelitian, pengabdian masyarakat).
Saya tidak fokus pada kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam membiasakan menulis. Fokus saya pada solusi dan sesuatu yang bisa saya kerjakan saja. Saat anak-anak tertidur saya menulis. Beberapa bulan lalu saat masih menyusui saya sempatkan juga mengetik di smartphone, namun saya segera tersadar hal ini tidak baik bagi tumbuh kembang bayi. Saya usahakan menjaga eye contact selama mengASIhinya. Tidak memaksakan menulis terus jika si buah hati belum memejamkan matanya.
Alhamdulillah meski terseok-seok belasan antologi dan 2 buku sendiri sudah saya terbitkan. Saya bersyukur bisa menumbuhkan motivasi menulis secara serius. Membangkitkan kesadaran internal, dari dalam diri saya sendiri. Tanpa terpengaruh karena adanya hadiah ataupun hukuman.
Semoga kondisi seperti ini bisa saya pertahankan dan insyaallah ditingkatkan menuju new habit yang lebih baik lagi. Sebagaimana kata Bu Septi, bayangkan kalau one habit one week, maka dalam setahun sudah 50 kebiasaan baik yang pasti akan bernilai bagi kehidupan kita. Insyaallah.
Oya kalau teman-teman, gimana nih cara menumbuhkan motivasi internalnya? Share di kolom komentar yaa, terima kasih. Salam Ibu Profesional.
|
Edit by Canva
#jurnalke3 #tahapkupukupu #buncek1 #institutibuprofesional
|