Sumber gambar: Kompasiana Nurhilmiyah |
"Ibu pergi ke kampus dulu ya, Nak... nanti InsyaAllah setelah ibu pulang kita main boneka tangan."
Sepasang mata bening berbinar bagai mata kelinci membayangkan serunya bermain bersama ibu. Melambai-lambaikan tangan kecilnya melepas ibu yang semakin lama makin jauh dari pandangan. Tinggal si bibik setengah baya yang menemaninya, menungguinya sementara ibu memberikan kuliahnya.
Siang terkadang sampai sore, ibu akhirnya pulang. Dengan wajah yang tidak sesegar tadi pagi, tampak lelah dan menenteng tas laptop beserta berkas lainnya. Pasti ibu akan mengerjakannya saat anak-anaknya tertidur pulas.
"Ibu, kita jadi kan main boneka tangannya..ibu pegang boneka yang beruang, adek boneka harimau."
Baru saja mengucapkan salam dan meletakkan tas di atas meja, celoteh kecil mulai terdengar, menggelayut manja dengan sangat rindu. Seolah tadi pagi belum pernah bertemu. Seakan semalam tidak dikeloni sampai terlelap.
Sahabat keluarga Kemendikbud |
Ah anakku, tahukah kau tugas ibu bertambah lagi? RPS yang ibu susun harus direvisi, draf buku ajar ibu yang tak kunjung selesai, serta proposal penelitian ibu belum selesai rancangan diagram fishbone-nya, sementara deadline tinggal 2x24 jam lagi.
Ah anakku, siapa yang tak ingin mencurahkan waktu sepenuhnya untukmu. Meski saat liburan semester pun ada saja aktivitas kampus yang mengharuskan ibu meninggalkanmu. Membimbing dan menguji skripsi kakak-kakak mahasiswa. Rapat dosen evaluasi awal atau akhir semester.
Kamu pasti mengerti kan Nak, jika ibu libur dan benar-benar beristirahat dari kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi, ibu seutuhnya milik kalian. Ibu tak akan menduakan kalian dengan yang lain.
Kalian menjadi saksi bahwa tidak ada waktu yang sia-sia begitu saja bagi kita. Bahwa ada saja yang dikerjakan setiap harinya. Betapa waktu amat sangat berarti kesehariannya. Ibu ingin kalian memahami hakikat waktu. Mengerti bahwa setiap detik yang Allah karuniai untuk kita akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di hari akhir.
Ibu sendiri belum bernyali membayangkan bila masa itu tiba. Masa roda berputar ke masa depan saat kalian tumbuh dewasa sementara ayah dan ibu bertambah tua. Saat itu pasti posisinya berbalik 180 derajat.
Kami yang hari ini meninggalkan kalian demi bekerja memenuhi kebutuhan hidup dan atas nama aktualisasi diri, kelak menghadapi hari-hari pensiun di rumah. Saat itu kami ingin sekali ditemani kalian. Bercengkerama, bercanda tentang lucunya foto-foto kenangan masa kecil kalian.
Klikdokter |
Bisakah kami menuntut kalian untuk senantiasa membersamai kami? Mendampingi masa yang kian asing bagi kami. Menjalani zaman dengan usia renta. Ah waktu..alangkah secepat kilat engkau melesat menjauh.
Anakku, ibu malu menuntut kamu dan saudara-saudaramu harus selalu menemani ibu. Sebagaimana hari ini saat ibu lalai karena kelelahan menepati janji bermain boneka tangan bersama.
Izinkan ibu lebih bijak lagi mengatur waktu lebih banyak untukmu, untuk kalian semua. Adapun bila masa roda berputar itu tiba, biarlah semuanya menjadi rahasia Allah SWT.
[pernah dipublikasikan di Kompasiana dan dan berulang kali di-share Facebook Nurhilmiyah, 2017]
0 comments
Pesan dimoderasi. Terima kasih telah berkomentar. "You are what you comment"